Tuesday, May 16, 2006

Jangan Kasih Saya Cicak

Tolong jangan biarkan saya dekat-dekat sama yang namanya cicak, kadal, iguana, uler dan apapun yang se-marga sama mereka. Saya tau, mereka makhluk ciptaan Tuhan juga, yang kadang malah takut sama manusia, dan bahkan ada manusia yang suka dan memelihara dan mencium-cium mereka. Tetapi buat saya, yang namanya reptil, mulai dari yang paling kecil sampe yang ukuran XXXL adalah makhluk yang paling menggelikan, paling bikin jijik, paling jelek, dan paling menakutkan. Gak ada imut2nya, cenderung kayak makhluk purbakala. Entah kenapa makhluk2 itu bisa bikin gue teriak, mengigil dan loncat2. Lebih baik saya melihat kecoa, atau kalajengking atau tikus. Meskipun gak akan mau megang, tapi masih bisa melihat hewan2 itu tanpa harus berteriak atau merasa geli.

Makhluk reptil yang paling sering saya lihat di rumah terutama sewaktu masih di jakarta adalah cicak. Entah mulai kapan dan mengapa saya takut sama cicak, tapi saya yakin waktu kecil sampai SMP saya tidak takut pada hewan apapun. Saya pun hingga sekarang masih tidak yakin mengapa saya takut sama cicak. Kalau takut sama kalajengking dan ular wajar,... karena takut digigit. Takut atau geli sama tikus dam kecoa juga wajar karena hewan itu tinggal di got2 yang kotor dan bau dan membawa penyakit. Tapi cicak? Apa salah mereka? saya sadar, mereka malah membantu mengurangi jumlah nyamuk dan semut di rumah, dan mereka tidak menggigit manusia. Tetapi.... tetap saja saya takut dan geli !!...... Kalau saya ingat-ingat, mungkin ketakutan saya diawali oleh suatu kejadian di rumah teman SMP saya. Saat itu kira-kira ada 10 orang teman saya berkumpul untuk rujakan. Saya bersama teman2 saya duduk di salah satu sofa yang di atasnya tertempel lukisan yang sangat besar. Tiba2 ada 2 atau 3 cicak berjatuhan ke badan kami. Terang aja kami semua yang ceweq2 semua berteriak2 histeris. setelah 1-2 menit heboh, saya dengan lugunya duduk lagi di sofa tadi, tentu saja ada beberapa orang teman saja duduk disitu. Tak lama kemudian kejadian itu terulang lagi! Ada bunyi 'cepluk'... dan disusul bunyi celpluk kedua. Teryata ada cicak jatuh lagi tepat di depan kaki saya. Pastinya saya berteriak histeris lagi. Mungkin karena itu, sejak saat itu saya takut ke'jatuh'an cicak. Kemudian berlanjut pada jijik pada tampang dan bentuk, dan berlanjut pada geli dan jijik sama makhluk sejenisnya.

Di Indonesia, salah satu reptil yang masih sering kita lihat karena suka nemplok di dinding adalah cicak. Mulai dari ukuran kecil karena masih bayi cicak, sampe yang gede ,item, kadang bontol2 yang biasa disebut tokek. Waktu saya masih tinggal dengan orang tua di Jakarta, satu keluarga sudah tau kalau tiba2 saya berteriak histeris. Pasti saya baru saja melihat cicak. Pada awalnya mereka bingung, kaget dan menanyakan kenapa saya teriak2 - dikira mereka terjadi sesuatu dengan saya. Tapi seringkali mereka hanya menemukan saya dan cicak, dan salah satu dari anggota keluarga harus ada yang ringan tangan membantu mengusir cicak dari kamar tidur atau kamar mandi atau meja belajar. Lama kelamaan bila mereka mendengar saya teriak histeris, anggota keluarga saya ikut teriak juga "ada cicak yaa???".

Sekarang saya tinggal di Ostrali. Sebelum akhirnya settle di Darwin sejak Januari tahun ini, saya sempat tinggal di Adelaide, Sydney, dan Hunter Valley (daerah perkebunan dan perbukitan sekitar 3 jam dari Sydney). Selama tinggal di Adelaide tidak pernah satu kalipun saya bertemu sama cicak. Senaaang sekali. Kemudian saya tinggal sekitar 1 bulan di daerah peternakan dan perkebunan di Hunter Valley. Di rumah calon mertua. Rumah itu dikelilingi padang rumput dan bukit berhektar-hektar luasnya. Pada suatu hari saya dan calon mami mertua sedang duduk2 sambil minum teh di beranda belakang rumahnya dengan kebun, padang rumput dan bukit di kejauhan. Lagi asik ngobrol, tiba-tiba dengan sangat cepat ada makhluk reptil berekor panjang dan hijau melesat melewati kaki saya. Reflek saya langsung beraksi, yaitu berteriak dan loncat! Jantung deg2an, bangku2 berjatuhan, dan lutut saya menghajar meja. Dan aduh aduh.... sungguh malu sama calon mami mertua. Untung meja atau kursi tidak sampai melukai sang calon mami mertua. Dia hanya senyum2.... ternyata dia sudah tau kalau kadal itu akan jalan2 ke bawah kaki saya dari kejauhan, dengan arah pandang berlawan dari saya selama kita ngobrol2. Dan dia tahu kengerian saya sama reptil dari anaknya. Tapi baru sekarang dia tau reaksi saya sebenarnya. :D

Di Darwin lain lagi. Ternyata disini mahkluk yang namanya cicak dan kadal berkembang biak dengan suburnya. Mungkin karena dekat sama Indonesia Timur yang banyak komodonya.....huaaaah... huaaah :( Oleh karena itu keputusan saya untuk tinggal di apartmen tingkat 2 tanpa taman atau kebun sungguh sangat tepat. Daripada lihat kadal di rumput atau semak dengan kemungkinan besar nyasar ke dalam rumah, lebih aman lihat cicak di balkon atau di nemplok di luar jendela. Suami sudah hafal dengan teriakan histeris saya sekarang. Suatu hari saya baru bangun tidur, seperti biasa saya buka tirai jendela dan tepat di depan muka saya ada kadal kecil nempel di jendela kamar! Otomatis saya teriak. Baru sesaat kemudian saya sadar kalau kadal itu ada diluar jendela.

Lain hari, saya sedang berjalan kaki menuju apartment. Di kiri kanan jalan setapak menuju apartemen memang banyak rumput, semak, dan pohon. Sambil berjalan saya merogoh tas untuk mencari kunci, tapi kok tak ada, jadi sambil berjalan saya semakin berkonsentrasi mencari kunci itu sehingga otomatis pandangan saya ke dalam tas saya sambil berpikir 'dimana sih ni kunci??!!". Tiba2 di depan saya, hanya berjarak kira2 60 cm, cukup dekat untuk saja injak, dengan asiknya seekor kadal besar sedang berjemur menutup seluruh jalan setapak. Iya. Besar!! Mungkin sebesar anaknya komodo. Saya langsung frozen saking kagetnya dan berteriak sekencang-kencangnya " aaaaaaaarrrrrrrggggggghhhh................!" Hebatnya si kadal cuma mengangkat kepalanya, nengok ke saya dengan pandangan tidak bersalah... (emang gak salah sih tu kadal), dan tidak bergeming sedikitpun. Setelah beberapa detik saya baru sadar dan nengok kiri kanan..... huuh.... untung gak ada orang. Lalu saya berjingkat-jingkat cari jalan lain dan setengah berlari meneruskan perjalanan ke arah apartemen saya yang sudah sangat dekat. Dan tragisnya.... ternyata kunci pager itu ada di... kantong jeans saya!! Oalaaaah.......

2 comments:

Anonymous said...

g stuju banget ama bonen....cicak itu menggelikan. kecoak masih bisa dikompromi. masih bisa dipukul pake sendal jepit trus langsung mejret dan tinggal dipungut pake tissue. cicak?! kalo dibikin mejret malah jadi tambah menggelikan...hiiiiiiiiii
dan g juga punya pengalaman yang sama sebelumnya....kejatohan cecek...kejadiannya waktu masih kecil (gak inget kelas berapa). waktu itu baru pulang dari mana dan pas ngelewatin teras, tiba2 ada cecek jatoh ke badan. g juga langsung teriak....geliiii banget!iiih!!!!!
xtie - tehran 24/05/06

Anonymous said...

Cicak??? rada imut sih...apalagi kalo lagi ganti kulit hihihi. Tapi gue bisa mengerti kehebohan elo Nan...dulu gue paling takut ama laba2...kok ada ya binatang dng begitu banyak kaki, dah gitu ada bulunya pula iiiihhhh. Mungkin gue kayak si Ron di Harry Potter ya? yang suka parno sendiri kalo liat laba2. Untung sekarang udah bisa get over it hehehe.

3 - Jkt 25/05/06