Tahun ini jadi juga saya Paskahan di negeri kangguru. Apa sih serunya? Ternyata menarik. Paskah termasuk hari raya penting umat Kristen di seluruh dunia, dimulai dari hari Jumat (Good Friday), Saturday, lalu Easter Sunday dan Easter Monday. Yep,... disini hari Senin juga masih libur nasional. Karena baru pertama kali saya merayakan Paskah di luar negeri, saya jadi membanding-bandingkan dengan perayaan Paskah di Jakarta.
Perayaan Paskah di Jakarta bisa dibilang cukup besar, juga termasuk di Gereja saya, yang kebetulan salah satu Gereja Katolik di bilangan Kemanggisan, Jakarta Barat. Karena Gereja saya besar dan jumlah umatnya sangat banyak, sampai-sampai dibutuhkan panitia yang solid dan cekatan terutama selama masa tri hari suci. Mereka harus mengurus segalanya demi kelancaran dan keamanan misa mulai dari parkir, sampai klinik P3K. Dimulai seminggu sebelum hari Paskah, yaitu Minggu Palma, lalu Kamis putih, Jumat Agung, Sabtu suci, dan hari Paskah itu sendiri, sejumlah ritual misa yang tidak biasa dijalankan. Hanya dibutuhkan 10-15 menit dari rumah ke Gereja pada hari minggu biasa. Tapi pada 3 hari sebelum Paskah kami harus menyediakan waktu ekstra, berangkat sekitar 1.5 -2 jam lebih awal untuk mendapatkan parkir dan tempat duduk di dalam Gereja. Tenda dan bangku tambahan memenuhi halaman dan jalanan di sekitar Gereja. Bahkan diadakan Misa pada jam yang sama di Aula yang berjarak tidak jauh dari Gereja agar bisa menampung semua umat yang datang pada jam yang sama. Panitia pun harus siap dengan perlengkapan video, TV, sound sistem, kipas angin, dan lain-lain agar umat yang berada di luar gedung Gereja bisa mengikuti Misa dengan baik. Misa pada hari-hari tersebut juga bisa dibilang 'spesial', sehingga membutuhkan waktu lebih lama dari biasa. Jumlah umat yang datang terutama pada hari Jumat Agung sore bisa mencapai 2000 atau lebih orang. Maka kami bisa menghabiskan sekitar 6 jam dari berangkat sampai tiba di rumah lagi. Sangat melelahkan. Tidak jarang tim P3K sibuk dengan orang yang pingsan atau pusing. Heboh dan cape banget kayaknya ke Gereja aja ya. :)
Tapi di sini, tepatnya di Darwin, saya hanya sempat ke Gereja pada hari Jumat Agung dan Sabtu Suci. Seperti di Jakarta, ternyata misa terbesar pada hari Jumat adalah jam 3 sore. Tidak seperti hari Minggu biasa, ternyata kali ini Katedral cukup penuh. Dan tidak seperti biasa pula, misa dipimpin oleh Uskup disertai 4 Romo. Misa hari Jumat Agung di Jakarta biasanya super lama karena ada pembacaan kisah sengsara Yesus disalib yang dibacakan beberapa orang sambil bernyanyi. Di sini, kisah sengsara Yesus dibacakan tanpa bernyanyi oleh beberapa orang, dan umat di ikutsertakan dengan menjadi 'orang Yahudi'. Sepanjang pembacaan injil yang cukup panjang itu semua umat berdiri. Entah mengapa, dengan cara seperti itu malah membuat saya lebih bisa meresapi pembacaan injil tersebut. Apalagi dengan menjadi orang Yahudi....rasanya aneh untuk ikut-ikut meneriaki dan menuntut Yesus untuk disalib. Di Jakarta, saat pembacaan injil ini saya biasanya ngantuk dan bisa tertidur (psssst ! ;p). Tidak disangka pula, ternyata ada acara cium salib. Hanya ada satu salib, terbuat dari kayu dan besar, mungkin sebesar saya ;p. Salib dipegang oleh 2 orang di kanan dan kiri dengan dasar salib menyentuh tangga altar. Rata-rata orang harus berlutut bila ingin menghormati salib dengan mencium kaki Yesus. Tapi beberapa orang hanya menempelkan tangan pada salib sambil sebelumnya menyentuh bibir mereka sendiri. Total misa selesai dalam waktu 1,5 jam saja, dan hanya dibutuhkan waktu 10 menit buat datang dan pulang ke rumah. Gak ada macet.
Pada hari Sabtu suci, ada Misa yang disebut Easter Vigil dimulai jam 10 malam. Seperti kebiasaan saya di Jakarta, maka saya pun datang mengikuti misa malam Paskah tersebut. Di Jakarta malam Paskah dimeriahi dengan misa panjang dengan perarakan lilin Paskah, pemberkatan air suci dan pembaharuan janji baptis. Saya pun datang ke Gereja malam itu dengan satu tujuan, harus datang dan ikut Misa malam itu karena saya meragukan kami akan punya energi cukup buat ke Gereja hari minggu paskah (karena akan mengundang tamu untuk makan siang bersama, sehingga kami pasti sibuk masak dan bersih-bersih seharian penuh). Tidak berharap akan ada misa meriah dan lama seperti di Jakarta. Waktu kami datang, Gereja masih gelap, dan umat yang datang gak banyak. Dari jauh keliatan seperti tidak akan ada Misa. Saya sempat bingung... apakah kami salah jam ??.... Tapi ternyata tidak. Tidak berapa lama setelah kami datang dan duduk, ada orang yang menawarkan lilin. Waah! Ternyata misanya pake lilin juga! Tidak berapa lama Romo memberitahu umat untuk semuanya pergi ke luar, ke halaman depan gereja dengan membawa lilin dan tas. Maka kita semua, mungkin hanya ada sekitar 80-100 umat berjalan ke luar. Tepat di depan Gereja, ternyata sudah siap Uskup dan beberapa Romo dan panitia yang sedang membuat api unggun. Woow... I was excited! Kami pun menunggu sampai api cukup besar, lalu misa dimulai. Ada pemberkatan api, lalu pemberkatan lilin - saya belum pernah melihat perarakan dan pemberkatan lilin Paskah begitu dekat. Biasanya di Jakarta saya melihatnya lewat layar monitor TV yang di pasang di salah satu sudut Gereja, atau cuma denger suara saja. Lalu tentu saja lilin dinyalakan dan doa-doa dan nyanyian. Lalu kami mengikuti lilin Paskah yang diarak ke halaman samping Gereja. Disana ternyata sudah disiapkan beberapa bangku. Saya dan suami yang tidak dapat bangku duduk di rumput sambil lilin terus dinyalakan. Nice! Sayang mereka tidak pakai microphone, jadi saya kurang bisa mendengar beberapa injil dan doa yang sedang dibacakan. Tapi toh saya senang. Kapan lagi misa dengan lilin dipayungi awan dan bulan dan bintang. Setelah sekitar satu jam kami misa di luar Gereja, kemudian lilin pun di pindah ke dalam Gereja, dengan perarakan dan kami mengikuti dibelakannya. Setelah kami semua di dalam Gereja, koor menyanyikan lagu disertai kerincing lonceng di dalam Gereja dan lonceng besar di luar Gereja pun berdentang ramai. Lalu misa dilanjutkan dengan pemberkatan air suci, pemercikan air, pembaharuan janji baptis, dan lain-lain... sama seperti di Jakarta. Alhasil misa kali ini berlangsung lebih lama, sekitar 2 jam. Misa terlama di Darwin yang pernah saya ikuti, dengan jumlah umat tidak lebih dari 100 orang.
Waktu pulang, saya melewati gereja Katolik Ortodoks yang ternyata ramai banget. Orang-orang bahkan sampai mengikuti misa di jalan dan seberang jalan gereja! Bisa dibilang ini pemandangan langka di negeri kangguru ini, dimana orang banyak banget berkumpul di Gereja. Amazed! Saya jadi merasa Paskah, terutama malam paskah lebih meriah daripada Natal. Apalagi dengan berbagai ritual Misa yang jauh lebih dari biasa, bahkan lebih dari misa malam Natal. Jadi lebih berasa gregetnya (lho?...). Tapi satu hal, ternyata misa Gereja Katolik dimana aja bener-bener sama lho. Sudah terbukti. :D
Anyway,... Happy Easter everyone.
No comments:
Post a Comment