Sebagai 'new migrant' atau orang yang baru mendapatkan ijin tinggal permanen di Oz, saya diberikan fasilitas untuk belajar bahasa inggris 500 jam, free of charge. Program ini ditujukan agar pendatang baru dapat 'blend in' dengan masyarat dan kehidupan di Oz. Juga sebagai salah satu cara pemerintah untuk mempermudah pendatang baru mengetahui Australia secara umum dan bersosialisasi.
Karena saya masih belum mempunyai pekerjaan atau aktivitas tetap alias pengangguran, tentu saja tidak melewatkan kesempatan ini. Langkah pertama untuk mengikuti program ini adalah menjalani test dan interview untuk mengetahui kemampuan bahasa inggris seseorang saat ini, sehingga dapat diketahui kelas atau level mana yang yang harus diikuti.
Ternyata dari hasil interview dan writing test, saya tidak termasuk dalam level manapapun yang disediakan dalam program tersebut. Ternyata bahasa inggris saya dinilai cukup baik (hhmmm... untuk program ini lhoo...). Lalu saya diberi 2 pilihan. Pertama: mengikuti program ini pada level tertinggi (yang nge-tes saya bilang :"but this class may be very boring for you"), atau pilihan ke dua: mengikuti program 'Advance English'. Program ini tidak lagi termasuk dalam program pemerintah, dan setiap murid diharuskan membayar biaya kursus.
Tentu saja saya memilih masuk ke level tertinggi yang katanya 'boring' itu. Pertimbangannya adalah 1: Gratis (dasar melayu :D), 2:Saya merasa masih harus belajar, kelas manapun 'will do', dan 3:siapa tau dapat teman dan pengalaman baru. Ternyata meskipun sangat terlambat karena kelas sudah mulai sejak bulan Februari, dan bulan depan (June) sudah final test, saya diperbolehkan ikut beberapa subject. Saya memutuskan untuk ikut kelas tiap hari Rabu, Kamis, dan Jumat.
Setelah mengikuti kelas beberapa hari, banyak hal menarik yang bisa saya dapati. Yang saya rasakan adalah baru kali ini saya mengikuti kelas bahasa inggris tanpa merasa bosan atau ngantuk! Selain menambah pengetahuan bahasa inggris, ternyata banyak sekali hal menarik yang bisa saya lihat dan perhatikan dalam kelas.
Ada sekitar 20 orang dalam 1 kelas. Bagaimana nggak menarik,... 20 orang tersebut terdiri dari berbagai bangsa. Ada yang dari Sudan, Congo, Rwanda, Ethiopia, Liberia, China, Philippine, India, Czechoslovakia, Brazil, Indonesia, Thailand, and Jepang! Baru kali ini saya berinteraksi dengan orang2 dari lebih dari 10 negara dalam satu ruangan. Saya merasa seperti berada di Istana Boneka di Dunia Fantasi, Jakarta! Mulai dari yang kulitnya berwarna putih susu, putih kemerahan, putih kekuningan, kuning langsat, coklat muda, coklat tua, coklat tua sekali, item, sampai sangat item sekali (sampe bibirnya juga item!).
Sangat menarik melihat karakter mereka satu persatu. Ada si males, si imut, tukang pijet, muka komik, si mami, si ganteng, si bawel, si kodok,dll.
Si cowoq ceko, selalu keliatan berantakan, asal, dan ngantuk. Rada serius, dan kadang tertidur di kelas dan tidak mengerjakan tugas yang disuruh gurunya. Sedangkan si cowoq Brazil, ganteng dan imut. Usianya mungkin sekitar 24 tahun. Senyumnya.... maniiiieeezzz euy!, sangat pemalu dan pendiam. Kalau dengar dia ngomong inggris, pusing! Gak ngerti apa yang dia omongin! Si ceweq Jepang-mukanya lebar, matanya sipit, giginya ada gingsulnya, bentuk muka dan tubuhnya mengingatkan saya pada cewe2 di komik Jepang. Kalau bicara atau mendengarkan orang ngomong kepalanya suka ngangguk-ngangguk, padahal gak ada yang perlu disetujui.
Lain lagi si cowo dari Rwanda. Sudah pasti sangat hitam. Tapi kalau dilihat ternyata ada unsur kegantengannya. Badannya tinggi besar. Pakai kacamata, jadi kelihatan terpelajar. Saya kira ia pendiam, tetapi waktu diskusi dalam kelompok dia gak bisa berenti ngomong. Cowoq lain berasal dari Ethiophia. Sangat suka bicara dan tidak bisa diam. Kalau bertanya ke sang guru dan ia tidak merasa mendapat jawaban, pasti dia nanya lagi, nanya lagi, dan nanya lagi, bahkan rela menunggu sampai jam belajar selesai. Kalau jam istirahat, selain ngerumpi bareng ceweq-ceweq, ia juga suka menulis-nulis di papan tulis tentang apa yang baru saja dipelajari. Mungkin cita-citanya jadi guru. Yang pasti yang satu ini tidak pernah melewatkan makanan yang tersedia (kalau ada yang bawa makanan untuk ramai-ramai).
Sedangkan si cowoq dari Liberia, juga sangat hitam, tetapi raut mukanya bisa dibilang ganteng. Giginya, tentu saja putih. Sangat aktif menjawab pertanyaan dari guru. Si ceweq dari Thailand lain lagi. Cantik. Hobinya memijat. Kalau jam istirahat, dia suka memijat teman-temannya, termasuk saya sambil ngerumpi. Sedangkan ceweq indonesia selain saya menjadi 'ibu'nya anak-anak. Sangat keibuan, tapi juga suka bicara dan melucu. Selalu bawa makanan, mengantar ke klinik waktu ada yang sakit, tahu semua informasi mulai dari toko asia sampai furniture yang murah. Lalu ada ceweq dari philippine yang suaranya besar, serak, dan suka nyeletuk. Ada tahi lalat di bibirnya (no wonder kaan...?!). Dia mengingatkan teman saya jaman SMP dulu, kami menyebutnya si kodok, karena suaranya besar, serak, dan gaya bicaranya 'cablak'.
Bisa dilihat bahwa orang-orang dari negara ke-3, seperti Afrika, mereka lebih giat dan aktif dalam belajar, dibandingkan orang 'bule' seperti ceko dan brazil. Mereka lebih aktif bertanya, menjawab pertanyaan, dan 'nyeletuk' yang gak penting dan garing. Disusul oleh orang Asia seperti Cina, Jepang, dan Indonesia yang biasanya rajin dan tekun (ehhhmmm...).
Ternyata, meskipun pada hari ke-2 Ms Barbara, sang guru bilang "I don't know what are you doing in this class" setelah memeriksa salah satu hasil latihan saya yang cukup baik, tetapi saya merasa memperoleh pengetahuan bahasa inggris baru dalam kelas itu. Sedangkan dalam konteks mencari 'teman', saya merasa mencari teman dalam tanda kutip/sahabat sangat sulit. Maka saya tidak berharap banyak apakah salah satu dari teman sekelas saya itu ada yang menjadi sahabat saya nantinya, kita lihat saja nanti. Tetapi yang pasti saya memperoleh pengalaman bersosialisasi baru dan mendapat informasi mengenai tradisi dan pengalaman dari negara-negara lain. :)
No comments:
Post a Comment