Minggu lalu saya dan hubby nonton film Transamerica. Dari judul dan posternya sudah ketauan kalau film ini mengandung unsur gender dan sex. Memang film ini menceritakan tentang seorang perempuan transsexual, yaitu orang yang mengidentifikasikan dirinya mempunyai jenis kelamin yang berlawanan dari jenis kelamin yang dia dapat pada waktu lahir.
Ceritanya tentang seorang perempuan transsexual bernama Bree - dimainkan oleh Felicity Huffman (pemain peran Lynette dalam Desperate Housewife), yang lahir sebagai laki-laki, bernama Stanley. Bree telah menjalani beberapa operasi dan terapi hormon, dan akan menjalani operasi final untuk menjadi wanita 'beneran'. Tetapi lalu dia baru tahu kalau dia mempunyai anak laki-laki bernama Toby (dimainkan oleh Kevin Zeger) berumur 17 tahun, dari hasil hubungannya dengan seorang wanita di masa mudanya. Kehilangan figur ayah, Toby tumbuh menjadi remaja yang nakal dan suka memberontak. Bree tidak berani memberitahu Toby bahwa dia ayah kandungnya, tetapi hal itu malah membawa Bree dan Toby pada perjalanan yang menantang dan membawa mereka menjadi semakin dekat pada kenyataan hubungan mereka .
Saya mengenal Huffman sebagai Lynette dalam serial Desperate Housewife. Selama menonton Transamerica, saya jadi merasa sedikit rancu melihat Bree sebagai 'perempuan' atau 'laki-laki'. Huffman yang berusaha mentransform dirinya menjadi laki-laki yang 'desperately' ingin menjadi seorang 'lady' jadi cukup membingungkan, karena tokoh Lynette telah sangat melekat pada pikiran saya. Akan tetapi saya akui film ini sangat menarik. Pertama karena peran transgender itu diperankan oleh wanita 'beneran'. Kedua, jarang sekali film yang mengupas masalah transgender, dan film ini cukup dapat mewakili masalah dan perasaan yang dihadapi para pria dan wanita transsexual. Ketiga, jalan ceritanya menarik, penuh kejutan, sukar ditebak, dan happy ending.
Tetapi sebenarnya bukan film nya yang saya mau bahas.
Cerita sedikit tentang suami saya. Dia bukan orang yang anti nonton serial TV, tidak juga anti nonton film drama. Tetapi entah mengapa dia men'cap' Desperate Housewife sebagai serial yang 'sangat silly' setelah mencoba nonton 1-2 kali. Saya sih tidak masalah untuk nonton sendirian. Dan dia juga tidak melarang saya nonton film itu.
Lalu apa hubungannya sama Transamerica??
Sudah pasti ada hubungannya sama pemeran utama film tersebut, Felicity Huffman.
Sepulang dari nonton Transamerica, suami saya sibuk sendiri di depan komputer. Tidak lama dia bilang... "sayang,... kamu tau gak kalo pemain utama film tadi itu ceweq asli!"
Laaah..... babe, kamu kemana ajaaaa??!!.....makanya nonton desperate housewife! :)
Padahal dia termasuk orang yang paling susah di boongin lho....
Ternyata dia melihat salah satu review/artikel dari internet mengenal film tersebut.
Jadinya saya acungkan jempol buat Felicity Huffman. Buat yang tidak tahu tokoh Lynette, ternyata Huffman dapat benar mentransform dirinya menjadi laki-laki. Hebat euy!
Saturday, May 27, 2006
Friday, May 19, 2006
Istana Boneka
Sebagai 'new migrant' atau orang yang baru mendapatkan ijin tinggal permanen di Oz, saya diberikan fasilitas untuk belajar bahasa inggris 500 jam, free of charge. Program ini ditujukan agar pendatang baru dapat 'blend in' dengan masyarat dan kehidupan di Oz. Juga sebagai salah satu cara pemerintah untuk mempermudah pendatang baru mengetahui Australia secara umum dan bersosialisasi.
Karena saya masih belum mempunyai pekerjaan atau aktivitas tetap alias pengangguran, tentu saja tidak melewatkan kesempatan ini. Langkah pertama untuk mengikuti program ini adalah menjalani test dan interview untuk mengetahui kemampuan bahasa inggris seseorang saat ini, sehingga dapat diketahui kelas atau level mana yang yang harus diikuti.
Ternyata dari hasil interview dan writing test, saya tidak termasuk dalam level manapapun yang disediakan dalam program tersebut. Ternyata bahasa inggris saya dinilai cukup baik (hhmmm... untuk program ini lhoo...). Lalu saya diberi 2 pilihan. Pertama: mengikuti program ini pada level tertinggi (yang nge-tes saya bilang :"but this class may be very boring for you"), atau pilihan ke dua: mengikuti program 'Advance English'. Program ini tidak lagi termasuk dalam program pemerintah, dan setiap murid diharuskan membayar biaya kursus.
Tentu saja saya memilih masuk ke level tertinggi yang katanya 'boring' itu. Pertimbangannya adalah 1: Gratis (dasar melayu :D), 2:Saya merasa masih harus belajar, kelas manapun 'will do', dan 3:siapa tau dapat teman dan pengalaman baru. Ternyata meskipun sangat terlambat karena kelas sudah mulai sejak bulan Februari, dan bulan depan (June) sudah final test, saya diperbolehkan ikut beberapa subject. Saya memutuskan untuk ikut kelas tiap hari Rabu, Kamis, dan Jumat.
Setelah mengikuti kelas beberapa hari, banyak hal menarik yang bisa saya dapati. Yang saya rasakan adalah baru kali ini saya mengikuti kelas bahasa inggris tanpa merasa bosan atau ngantuk! Selain menambah pengetahuan bahasa inggris, ternyata banyak sekali hal menarik yang bisa saya lihat dan perhatikan dalam kelas.
Ada sekitar 20 orang dalam 1 kelas. Bagaimana nggak menarik,... 20 orang tersebut terdiri dari berbagai bangsa. Ada yang dari Sudan, Congo, Rwanda, Ethiopia, Liberia, China, Philippine, India, Czechoslovakia, Brazil, Indonesia, Thailand, and Jepang! Baru kali ini saya berinteraksi dengan orang2 dari lebih dari 10 negara dalam satu ruangan. Saya merasa seperti berada di Istana Boneka di Dunia Fantasi, Jakarta! Mulai dari yang kulitnya berwarna putih susu, putih kemerahan, putih kekuningan, kuning langsat, coklat muda, coklat tua, coklat tua sekali, item, sampai sangat item sekali (sampe bibirnya juga item!).
Sangat menarik melihat karakter mereka satu persatu. Ada si males, si imut, tukang pijet, muka komik, si mami, si ganteng, si bawel, si kodok,dll.
Si cowoq ceko, selalu keliatan berantakan, asal, dan ngantuk. Rada serius, dan kadang tertidur di kelas dan tidak mengerjakan tugas yang disuruh gurunya. Sedangkan si cowoq Brazil, ganteng dan imut. Usianya mungkin sekitar 24 tahun. Senyumnya.... maniiiieeezzz euy!, sangat pemalu dan pendiam. Kalau dengar dia ngomong inggris, pusing! Gak ngerti apa yang dia omongin! Si ceweq Jepang-mukanya lebar, matanya sipit, giginya ada gingsulnya, bentuk muka dan tubuhnya mengingatkan saya pada cewe2 di komik Jepang. Kalau bicara atau mendengarkan orang ngomong kepalanya suka ngangguk-ngangguk, padahal gak ada yang perlu disetujui.
Lain lagi si cowo dari Rwanda. Sudah pasti sangat hitam. Tapi kalau dilihat ternyata ada unsur kegantengannya. Badannya tinggi besar. Pakai kacamata, jadi kelihatan terpelajar. Saya kira ia pendiam, tetapi waktu diskusi dalam kelompok dia gak bisa berenti ngomong. Cowoq lain berasal dari Ethiophia. Sangat suka bicara dan tidak bisa diam. Kalau bertanya ke sang guru dan ia tidak merasa mendapat jawaban, pasti dia nanya lagi, nanya lagi, dan nanya lagi, bahkan rela menunggu sampai jam belajar selesai. Kalau jam istirahat, selain ngerumpi bareng ceweq-ceweq, ia juga suka menulis-nulis di papan tulis tentang apa yang baru saja dipelajari. Mungkin cita-citanya jadi guru. Yang pasti yang satu ini tidak pernah melewatkan makanan yang tersedia (kalau ada yang bawa makanan untuk ramai-ramai).
Sedangkan si cowoq dari Liberia, juga sangat hitam, tetapi raut mukanya bisa dibilang ganteng. Giginya, tentu saja putih. Sangat aktif menjawab pertanyaan dari guru. Si ceweq dari Thailand lain lagi. Cantik. Hobinya memijat. Kalau jam istirahat, dia suka memijat teman-temannya, termasuk saya sambil ngerumpi. Sedangkan ceweq indonesia selain saya menjadi 'ibu'nya anak-anak. Sangat keibuan, tapi juga suka bicara dan melucu. Selalu bawa makanan, mengantar ke klinik waktu ada yang sakit, tahu semua informasi mulai dari toko asia sampai furniture yang murah. Lalu ada ceweq dari philippine yang suaranya besar, serak, dan suka nyeletuk. Ada tahi lalat di bibirnya (no wonder kaan...?!). Dia mengingatkan teman saya jaman SMP dulu, kami menyebutnya si kodok, karena suaranya besar, serak, dan gaya bicaranya 'cablak'.
Bisa dilihat bahwa orang-orang dari negara ke-3, seperti Afrika, mereka lebih giat dan aktif dalam belajar, dibandingkan orang 'bule' seperti ceko dan brazil. Mereka lebih aktif bertanya, menjawab pertanyaan, dan 'nyeletuk' yang gak penting dan garing. Disusul oleh orang Asia seperti Cina, Jepang, dan Indonesia yang biasanya rajin dan tekun (ehhhmmm...).
Ternyata, meskipun pada hari ke-2 Ms Barbara, sang guru bilang "I don't know what are you doing in this class" setelah memeriksa salah satu hasil latihan saya yang cukup baik, tetapi saya merasa memperoleh pengetahuan bahasa inggris baru dalam kelas itu. Sedangkan dalam konteks mencari 'teman', saya merasa mencari teman dalam tanda kutip/sahabat sangat sulit. Maka saya tidak berharap banyak apakah salah satu dari teman sekelas saya itu ada yang menjadi sahabat saya nantinya, kita lihat saja nanti. Tetapi yang pasti saya memperoleh pengalaman bersosialisasi baru dan mendapat informasi mengenai tradisi dan pengalaman dari negara-negara lain. :)
Tuesday, May 16, 2006
Jangan Kasih Saya Cicak
Tolong jangan biarkan saya dekat-dekat sama yang namanya cicak, kadal, iguana, uler dan apapun yang se-marga sama mereka. Saya tau, mereka makhluk ciptaan Tuhan juga, yang kadang malah takut sama manusia, dan bahkan ada manusia yang suka dan memelihara dan mencium-cium mereka. Tetapi buat saya, yang namanya reptil, mulai dari yang paling kecil sampe yang ukuran XXXL adalah makhluk yang paling menggelikan, paling bikin jijik, paling jelek, dan paling menakutkan. Gak ada imut2nya, cenderung kayak makhluk purbakala. Entah kenapa makhluk2 itu bisa bikin gue teriak, mengigil dan loncat2. Lebih baik saya melihat kecoa, atau kalajengking atau tikus. Meskipun gak akan mau megang, tapi masih bisa melihat hewan2 itu tanpa harus berteriak atau merasa geli.
Makhluk reptil yang paling sering saya lihat di rumah terutama sewaktu masih di jakarta adalah cicak. Entah mulai kapan dan mengapa saya takut sama cicak, tapi saya yakin waktu kecil sampai SMP saya tidak takut pada hewan apapun. Saya pun hingga sekarang masih tidak yakin mengapa saya takut sama cicak. Kalau takut sama kalajengking dan ular wajar,... karena takut digigit. Takut atau geli sama tikus dam kecoa juga wajar karena hewan itu tinggal di got2 yang kotor dan bau dan membawa penyakit. Tapi cicak? Apa salah mereka? saya sadar, mereka malah membantu mengurangi jumlah nyamuk dan semut di rumah, dan mereka tidak menggigit manusia. Tetapi.... tetap saja saya takut dan geli !!...... Kalau saya ingat-ingat, mungkin ketakutan saya diawali oleh suatu kejadian di rumah teman SMP saya. Saat itu kira-kira ada 10 orang teman saya berkumpul untuk rujakan. Saya bersama teman2 saya duduk di salah satu sofa yang di atasnya tertempel lukisan yang sangat besar. Tiba2 ada 2 atau 3 cicak berjatuhan ke badan kami. Terang aja kami semua yang ceweq2 semua berteriak2 histeris. setelah 1-2 menit heboh, saya dengan lugunya duduk lagi di sofa tadi, tentu saja ada beberapa orang teman saja duduk disitu. Tak lama kemudian kejadian itu terulang lagi! Ada bunyi 'cepluk'... dan disusul bunyi celpluk kedua. Teryata ada cicak jatuh lagi tepat di depan kaki saya. Pastinya saya berteriak histeris lagi. Mungkin karena itu, sejak saat itu saya takut ke'jatuh'an cicak. Kemudian berlanjut pada jijik pada tampang dan bentuk, dan berlanjut pada geli dan jijik sama makhluk sejenisnya.
Di Indonesia, salah satu reptil yang masih sering kita lihat karena suka nemplok di dinding adalah cicak. Mulai dari ukuran kecil karena masih bayi cicak, sampe yang gede ,item, kadang bontol2 yang biasa disebut tokek. Waktu saya masih tinggal dengan orang tua di Jakarta, satu keluarga sudah tau kalau tiba2 saya berteriak histeris. Pasti saya baru saja melihat cicak. Pada awalnya mereka bingung, kaget dan menanyakan kenapa saya teriak2 - dikira mereka terjadi sesuatu dengan saya. Tapi seringkali mereka hanya menemukan saya dan cicak, dan salah satu dari anggota keluarga harus ada yang ringan tangan membantu mengusir cicak dari kamar tidur atau kamar mandi atau meja belajar. Lama kelamaan bila mereka mendengar saya teriak histeris, anggota keluarga saya ikut teriak juga "ada cicak yaa???".
Sekarang saya tinggal di Ostrali. Sebelum akhirnya settle di Darwin sejak Januari tahun ini, saya sempat tinggal di Adelaide, Sydney, dan Hunter Valley (daerah perkebunan dan perbukitan sekitar 3 jam dari Sydney). Selama tinggal di Adelaide tidak pernah satu kalipun saya bertemu sama cicak. Senaaang sekali. Kemudian saya tinggal sekitar 1 bulan di daerah peternakan dan perkebunan di Hunter Valley. Di rumah calon mertua. Rumah itu dikelilingi padang rumput dan bukit berhektar-hektar luasnya. Pada suatu hari saya dan calon mami mertua sedang duduk2 sambil minum teh di beranda belakang rumahnya dengan kebun, padang rumput dan bukit di kejauhan. Lagi asik ngobrol, tiba-tiba dengan sangat cepat ada makhluk reptil berekor panjang dan hijau melesat melewati kaki saya. Reflek saya langsung beraksi, yaitu berteriak dan loncat! Jantung deg2an, bangku2 berjatuhan, dan lutut saya menghajar meja. Dan aduh aduh.... sungguh malu sama calon mami mertua. Untung meja atau kursi tidak sampai melukai sang calon mami mertua. Dia hanya senyum2.... ternyata dia sudah tau kalau kadal itu akan jalan2 ke bawah kaki saya dari kejauhan, dengan arah pandang berlawan dari saya selama kita ngobrol2. Dan dia tahu kengerian saya sama reptil dari anaknya. Tapi baru sekarang dia tau reaksi saya sebenarnya. :D
Di Darwin lain lagi. Ternyata disini mahkluk yang namanya cicak dan kadal berkembang biak dengan suburnya. Mungkin karena dekat sama Indonesia Timur yang banyak komodonya.....huaaaah... huaaah :( Oleh karena itu keputusan saya untuk tinggal di apartmen tingkat 2 tanpa taman atau kebun sungguh sangat tepat. Daripada lihat kadal di rumput atau semak dengan kemungkinan besar nyasar ke dalam rumah, lebih aman lihat cicak di balkon atau di nemplok di luar jendela. Suami sudah hafal dengan teriakan histeris saya sekarang. Suatu hari saya baru bangun tidur, seperti biasa saya buka tirai jendela dan tepat di depan muka saya ada kadal kecil nempel di jendela kamar! Otomatis saya teriak. Baru sesaat kemudian saya sadar kalau kadal itu ada diluar jendela.
Lain hari, saya sedang berjalan kaki menuju apartment. Di kiri kanan jalan setapak menuju apartemen memang banyak rumput, semak, dan pohon. Sambil berjalan saya merogoh tas untuk mencari kunci, tapi kok tak ada, jadi sambil berjalan saya semakin berkonsentrasi mencari kunci itu sehingga otomatis pandangan saya ke dalam tas saya sambil berpikir 'dimana sih ni kunci??!!". Tiba2 di depan saya, hanya berjarak kira2 60 cm, cukup dekat untuk saja injak, dengan asiknya seekor kadal besar sedang berjemur menutup seluruh jalan setapak. Iya. Besar!! Mungkin sebesar anaknya komodo. Saya langsung frozen saking kagetnya dan berteriak sekencang-kencangnya " aaaaaaaarrrrrrrggggggghhhh................!" Hebatnya si kadal cuma mengangkat kepalanya, nengok ke saya dengan pandangan tidak bersalah... (emang gak salah sih tu kadal), dan tidak bergeming sedikitpun. Setelah beberapa detik saya baru sadar dan nengok kiri kanan..... huuh.... untung gak ada orang. Lalu saya berjingkat-jingkat cari jalan lain dan setengah berlari meneruskan perjalanan ke arah apartemen saya yang sudah sangat dekat. Dan tragisnya.... ternyata kunci pager itu ada di... kantong jeans saya!! Oalaaaah.......
Makhluk reptil yang paling sering saya lihat di rumah terutama sewaktu masih di jakarta adalah cicak. Entah mulai kapan dan mengapa saya takut sama cicak, tapi saya yakin waktu kecil sampai SMP saya tidak takut pada hewan apapun. Saya pun hingga sekarang masih tidak yakin mengapa saya takut sama cicak. Kalau takut sama kalajengking dan ular wajar,... karena takut digigit. Takut atau geli sama tikus dam kecoa juga wajar karena hewan itu tinggal di got2 yang kotor dan bau dan membawa penyakit. Tapi cicak? Apa salah mereka? saya sadar, mereka malah membantu mengurangi jumlah nyamuk dan semut di rumah, dan mereka tidak menggigit manusia. Tetapi.... tetap saja saya takut dan geli !!...... Kalau saya ingat-ingat, mungkin ketakutan saya diawali oleh suatu kejadian di rumah teman SMP saya. Saat itu kira-kira ada 10 orang teman saya berkumpul untuk rujakan. Saya bersama teman2 saya duduk di salah satu sofa yang di atasnya tertempel lukisan yang sangat besar. Tiba2 ada 2 atau 3 cicak berjatuhan ke badan kami. Terang aja kami semua yang ceweq2 semua berteriak2 histeris. setelah 1-2 menit heboh, saya dengan lugunya duduk lagi di sofa tadi, tentu saja ada beberapa orang teman saja duduk disitu. Tak lama kemudian kejadian itu terulang lagi! Ada bunyi 'cepluk'... dan disusul bunyi celpluk kedua. Teryata ada cicak jatuh lagi tepat di depan kaki saya. Pastinya saya berteriak histeris lagi. Mungkin karena itu, sejak saat itu saya takut ke'jatuh'an cicak. Kemudian berlanjut pada jijik pada tampang dan bentuk, dan berlanjut pada geli dan jijik sama makhluk sejenisnya.
Di Indonesia, salah satu reptil yang masih sering kita lihat karena suka nemplok di dinding adalah cicak. Mulai dari ukuran kecil karena masih bayi cicak, sampe yang gede ,item, kadang bontol2 yang biasa disebut tokek. Waktu saya masih tinggal dengan orang tua di Jakarta, satu keluarga sudah tau kalau tiba2 saya berteriak histeris. Pasti saya baru saja melihat cicak. Pada awalnya mereka bingung, kaget dan menanyakan kenapa saya teriak2 - dikira mereka terjadi sesuatu dengan saya. Tapi seringkali mereka hanya menemukan saya dan cicak, dan salah satu dari anggota keluarga harus ada yang ringan tangan membantu mengusir cicak dari kamar tidur atau kamar mandi atau meja belajar. Lama kelamaan bila mereka mendengar saya teriak histeris, anggota keluarga saya ikut teriak juga "ada cicak yaa???".
Sekarang saya tinggal di Ostrali. Sebelum akhirnya settle di Darwin sejak Januari tahun ini, saya sempat tinggal di Adelaide, Sydney, dan Hunter Valley (daerah perkebunan dan perbukitan sekitar 3 jam dari Sydney). Selama tinggal di Adelaide tidak pernah satu kalipun saya bertemu sama cicak. Senaaang sekali. Kemudian saya tinggal sekitar 1 bulan di daerah peternakan dan perkebunan di Hunter Valley. Di rumah calon mertua. Rumah itu dikelilingi padang rumput dan bukit berhektar-hektar luasnya. Pada suatu hari saya dan calon mami mertua sedang duduk2 sambil minum teh di beranda belakang rumahnya dengan kebun, padang rumput dan bukit di kejauhan. Lagi asik ngobrol, tiba-tiba dengan sangat cepat ada makhluk reptil berekor panjang dan hijau melesat melewati kaki saya. Reflek saya langsung beraksi, yaitu berteriak dan loncat! Jantung deg2an, bangku2 berjatuhan, dan lutut saya menghajar meja. Dan aduh aduh.... sungguh malu sama calon mami mertua. Untung meja atau kursi tidak sampai melukai sang calon mami mertua. Dia hanya senyum2.... ternyata dia sudah tau kalau kadal itu akan jalan2 ke bawah kaki saya dari kejauhan, dengan arah pandang berlawan dari saya selama kita ngobrol2. Dan dia tahu kengerian saya sama reptil dari anaknya. Tapi baru sekarang dia tau reaksi saya sebenarnya. :D
Di Darwin lain lagi. Ternyata disini mahkluk yang namanya cicak dan kadal berkembang biak dengan suburnya. Mungkin karena dekat sama Indonesia Timur yang banyak komodonya.....huaaaah... huaaah :( Oleh karena itu keputusan saya untuk tinggal di apartmen tingkat 2 tanpa taman atau kebun sungguh sangat tepat. Daripada lihat kadal di rumput atau semak dengan kemungkinan besar nyasar ke dalam rumah, lebih aman lihat cicak di balkon atau di nemplok di luar jendela. Suami sudah hafal dengan teriakan histeris saya sekarang. Suatu hari saya baru bangun tidur, seperti biasa saya buka tirai jendela dan tepat di depan muka saya ada kadal kecil nempel di jendela kamar! Otomatis saya teriak. Baru sesaat kemudian saya sadar kalau kadal itu ada diluar jendela.
Lain hari, saya sedang berjalan kaki menuju apartment. Di kiri kanan jalan setapak menuju apartemen memang banyak rumput, semak, dan pohon. Sambil berjalan saya merogoh tas untuk mencari kunci, tapi kok tak ada, jadi sambil berjalan saya semakin berkonsentrasi mencari kunci itu sehingga otomatis pandangan saya ke dalam tas saya sambil berpikir 'dimana sih ni kunci??!!". Tiba2 di depan saya, hanya berjarak kira2 60 cm, cukup dekat untuk saja injak, dengan asiknya seekor kadal besar sedang berjemur menutup seluruh jalan setapak. Iya. Besar!! Mungkin sebesar anaknya komodo. Saya langsung frozen saking kagetnya dan berteriak sekencang-kencangnya " aaaaaaaarrrrrrrggggggghhhh................!" Hebatnya si kadal cuma mengangkat kepalanya, nengok ke saya dengan pandangan tidak bersalah... (emang gak salah sih tu kadal), dan tidak bergeming sedikitpun. Setelah beberapa detik saya baru sadar dan nengok kiri kanan..... huuh.... untung gak ada orang. Lalu saya berjingkat-jingkat cari jalan lain dan setengah berlari meneruskan perjalanan ke arah apartemen saya yang sudah sangat dekat. Dan tragisnya.... ternyata kunci pager itu ada di... kantong jeans saya!! Oalaaaah.......
Sunday, May 14, 2006
HELLO !
Subscribe to:
Posts (Atom)